Muqoddimah

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

اَلْحَمْدُ ِللهِ الْمَلِكِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ، الَّذِي حَبَانَا بِالْإِيْمَانِ واليقينِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد،ٍ خَاتَمِ 
الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِين، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيِن، وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ أَجْمَعِين، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ
Segala puji bagi Allah, al-Malik Al-Haqq, Al-Mubin, yang memberikan kita iman dan keyakinan. Ya Allah, limpahkan shalawat pada pemimpin kami Muhammad, penutup para nabi dan rasul, dan begitu pula pada keluarganya yang baik, kepada para sahabat piluhan, dan yang mengikuti mereka dengan penuh ihsan hingga hari kiamat.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal  kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallambersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)
Poin kandungan hadits :
Pertama:
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menyampaikan perkara agama dari beliau, karena Allah subhanahu wa ta’ala telah menjadikan agama ini sebagai satu-satunya agama bagi manusia dan jin (yang artinya), 
Pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu dan telah kusempurnakan bagimu nikmat-Ku dan telah aku ridhai Islam sebagai agama bagimu” (QS. Al Maidah : 3).
Tentang sabda beliau, “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat”, Al Ma’afi An Nahrawani mengatakan, “Hal ini agar setiap orang yang mendengar suatu perkara dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersegera untuk menyampaikannya, meskipun hanya sedikit. Tujuannya agar nukilan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dapat segera tersambung dan tersampaikan seluruhnya.” Hal ini sebagaimana sabda beliaushallallaahu ‘alaihi wa sallam
Hendaklah yang hadir menyampaikan pada yang tidak hadir”.
 Bentuk perintah dalam hadits ini menunjukkan hukum fardhu kifayah.
Kedua:
Tabligh, atau menyampaikan ilmu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terbagi dalam dua bentuk :
  1. Menyampaikan dalil dari Al Qur’an atau sebagiannya dan dari As Sunnah, baik sunnah yang berupa perkataan (qauliyah), perbuatan (amaliyah), maupun persetujuan (taqririyah), dan segala hal yang terkait dengan sifat dan akhlak mulia Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Cara penyampaian seperti ini membutuhkan hafalan yang bagus dan mantap. Juga cara dakwah seperti ini haruslah disampaikan dari orang yang jelas Islamnya, baligh (dewasa) dan memiliki sikap ‘adalah (sholeh, tidak sering melakukan dosa besar, menjauhi dosa kecil dan menjauhi hal-hal yang mengurangi harga diri/ muru’ah, ed).
  2. Menyampaikan secara makna dan pemahaman terhadap nash-nash yang ada. Orang yang menyampaikan ilmu seperti ini butuh capabilitas dan legalitas tersendiri yang diperoleh dari banyak menggali ilmu dan bisa pula dengan mendapatkan persaksian atau izin dari para ulama. Hal ini dikarenakan memahami nash-nash membutuhkan ilmu-ilmu lainnya, di antaranya bahasa, ilmu nahwu (tata bahasa Arab), ilmu-ilmu ushul, musthalah, dan membutuhkan penelaahan terhadap perkataan-perkataan ahli ilmu, mengetahui ikhtilaf (perbedaan) maupun kesepakatan yang terjadi di kalangan mereka, hingga ia mengetahui mana pendapat yang paling mendekati dalil dalam suatu masalahkhilafiyah. Dengan bekal-bekal ilmu tersebut akhirnya ia tidak terjerumus menganut pendapat yang ‘nyleneh’.
Ketiga:
Sebagian orang yang mengaku sebagai da’i, pemberi wejangan, dan pengisi ta’lim, padahal nyatanya ia tidak memiliki pemahaman (ilmu mumpuni) dalam agama, berdalil dengan hadits “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat”. Mereka beranggapan bahwasanya tidak dibutuhkan ilmu yang banyak untuk berdakwah (asalkan hafal ayat atau hadits, boleh menyampaikan semau pemahamannya, ed). Bahkan mereka berkata bahwasanya barangsiapa yang memiliki satu ayat maka ia telah disebut sebagai pendakwah, dengan dalil hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tersebut. Menurut mereka, tentu yang memiliki hafalan lebih banyak dari satu ayat atau satu hadits lebih layak jadi pendakwah.
Pernyataan di atas jelas keliru dan termasuk pengelabuan yang tidak samar bagi orang yang dianugerahi ilmu oleh Allah. Hadits di atas tidaklah menunjukkan apa yang mereka maksudkan, melainkan di dalamnya justru terdapat perintah untuk menyampaikan ilmu dengan pemahaman yang baik, meskipun ia hanya mendapatkan satu hadits saja. Apabila seorang pendakwah hanya memiliki hafalan ilmu yang mantap, maka ia hanya boleh menyampaikan sekadar hafalan yang ia dengar. 

Adapun apabila ia termasuk ahlul hifzh wal fahm (punya hafalan ilmu dan pemahaman yang bagus), ia dapat menyampaikan dalil yang ia hafal dan pemahaman ilmu yang ia miliki. Demikianlah sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
“Terkadang orang yang disampaikan ilmu itu lebih paham dari yang mendengar secara langsung. Dan kadang pula orang yang membawa ilmu bukanlah orang yang faqih (bagus dalam pemahaman)”
Bagaimana seseorang bisa mengira bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan orang yang tidak paham agama untuk mengajarkan berdasarkan pemahaman yang ia buat asal-asalan (padahal ia hanya sekedar hafal dan tidak paham, ed)?! Semoga Allah melindungi kita dari kerusakan semacam ini.

Dengan memperhatikan beberapa hal tersebut dan dengan memperhatikan kebutuhan " Al Faqir " sendiri untuk bisa merangkum bacaan-bacaan yang al faqir dapatkan Antara lain dari 
  •  Bersumber dari Pengalaman Pribadi
  • Bersumber dari Berita dan Peristiwa yang Terjadi dan dialami langsung 
  • Bersumber dari Pembacaan Al-Qur'an/ Al-Hadist/ Kitab Salaf
  • Bersumber dari Bacaan  Buku/ Artikel/Pemikiran
  • Bersembur dari kajian-kajian , Ceramah dan Halaqoh 
  • Bersumber dari Wawancara dan bertemu langsung Sumber Informasi 
  • Bersumber dari Webside, Blog dan lainnya 
Blog ini bukan dimaksudkan untuk secara mentah-mentah menjadikan Bacaan yang diposisikan sebagai Rujukan utama pada isi dan maksud yang terkandung dalam Bacaan tersebut , tetapi hanya sekedar wawasan yang perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam dengan menanyakan/berdiskusi secara langsung ke Ahlinya ( Ulama ) 

Seperti Judul Utama Blog ini " Asal " - " Bureng" - Silaturrahim , dimaksudkan sebagai berikut :


1. " Asal " 
Definisi 'asal' ( Menurut artikata.com ) 
a cak
1. sembarangan; seenaknya saja: kalau bekerja jangan -- saja, ikutilah petunjuk yg ada;
asal-asal·an a sebarang; seenaknya
noun
2. keadaan (tempat, wujud, rupa, dsb) yg semula; pangkal permulaan: patung-patung itu akan dikembalikan ke -- nya2 a mula-mula sekali; semula: batas-batasnya yg -- sudah tidak diketahui lagi
3. 1 dng syarat; apabila: engkau boleh pergi -- pekerjaanmu beres2 pokoknya; yg penting: biar lambat -- selamat

Dari Difinisi tersebut maksud kata " Asal " di Blogger ini dimaksudkan

  1. Al Faqir menuliskan ini Posting tersebut " Seenaknya " Aja tanpa melakukan pengkajian mendalam mengenai ini postingan tersebut
  2. Al faqir Menuliskan/Memposting isi Blog tersebut  Mengambil Sumber " Sembarangan " dengan melakukan Penyaduran . Copy Paste dari Sumber milik Orang lain ( Majalah , Forum diskusi , Webside , Blog )
  3. Memberikan Gambaran ,Pengetahuan dasar ( Belum kajian mendalam ) mengenai 
    • Sejarah Pendirian Pondok Pesantren dan perkembangannya
    • Sejarah  Masjid dan Tempat Bersejarah terutama Tempat Religius , Asal dari Sejarah Pondok Bureng Surabaya dan Asal dari Pemakaman Islam Bureng Surabaya
    • Kisah Ulama' Pendiri Pondok Pesantren , Penyebar Da'wah Islam dan Panutan masyarakat
    • Silsilah Dzurriyah/Keturunan dan Silaturrahim Keluarga

2. " Usul"
Definisi 'usul'
noun
1. 1 asal; asal mula; dasar; 2 yg asli; yg sejati; 3 ki sifat asal; kelakuan; tabiat; asal -- , ( -- asal) silsilah; urutan keturunan; asal mula; bangsawan -- , bangsawan krn asal keturunan;
-- menunjukkan asal, pb dr tingkah laku (tabiat) dapat kita ketahui asalnya (tinggi rendahnya derajat dsb); 
2. anjuran (pendapat dsb) yg dikemukakan untuk dipertimbangkan atau untuk diterima: seorang peserta mengajukan -- agar sidang diskors selama sepuluh menit; 
verb
3. selidik;
-- periksa pemeriksaan yg teliti; pertanyaan dsb (untuk menyelidiki dsb): tidak dng -- periksa, 1 tidak dng diselidiki (diperiksa) baik-baik; 2 ki dng sewenang-wenang; dng begitu saja;

Dari Difinisi tersebut maksud kata " Usul" di Blogger ini dimaksudkan

  1. Al Faqir menuliskan ini Posting tersebut " Sebagai Pendapat " yang bersifat Pribadi dengan Segala Keterbatasan Pengetahuan dan pengalaman
  2. Al faqir Menuliskan/Memposting isi Blog tersebut   " Anjuran/Ajakan " untuk Mendiskusikan mengaenai perkembangan kegiatan ( Si'ar ) Keagamaan , Mendiskusikan Ilmu ( Kajian ) Keagamaan dan berbagi Ilmu pengetahuan
  3. Mengajak untuk lebih mendalam ( terutama kepada sanak Family Keluarga besar  Dzurriyah ) "meneliti, memeriksa dan menghidupkan kembali " jalinan silsilah keluarga besar dalam tali " Sitaturrahim " 

3. " Bureng " 

Dari Difinisi  bermacam " Bureng " yang di Arti kata Bahasa Indonesia berarti "Buram"  dan banyak yang lainnya ,

Dari Difinisi tersebut maksud kata " Bureng" di Blogger ini dimaksudkan

  1. Sebagai  suatu kata yang Meggambarkankan " Buram " nya Pengetahuan Al Fakir atas Tulisan-tulisan pada Blog ini sehingga Masih Membutuhkan Bimbingan , Arahan, pendapat sehingga Kebenaran dari tulisan pada Blog Ini Bisa didapatkan
  2. Al faqir memaksudkan Tulisan ini masihlah tulisan yang Perlu Kajian Mendalam karena boleh dikata sebagai " Draft " atau " corat/coret " yang bisa diibaratkan untuk Menulis Sesuatu di Buku yang bersih dan Putih dibutuhkan Tulisan Corat-oret di kertas " Buram " untuk disempurnakan 
  3. Sebagai maksud suatu Tempat berupa suatu Wilayah di Daerah Karangrejo , Kecamatan Wonokromo Kota Surabaya ( Yang Konon Ceritanya ) merupakan Wilayah yang cukup Luas dan Terkenal dengan Tempat Pengembangan dan Pengamalan Ajaran dan Ilmu Agama Islami ,  Suatu Tempat yang didalamnya ( Konon Ceritanya ) terdapat Pondok Pesantren Kuno/Salaf yang memegang teguh ajaran islam dan mengajarkan Ilmu-ilmu Salafiah , yang saat ini didalamnya masih berdiri Masjid At-Taqwa , Pondok Pesantren ( yang saat ini masih terkesan sebagai hanya pemondokan yang tinggal disana sebagaian mahasiswa dari perguruan tinggi sekitarnya seperti dari UIN Surabaya , UNESA , UNU dll )
  4. Suatu Komunitas Keturunan Dzurriyah yg Masih Ada pertalian Darah sebagai Bagaian dari Menjalin Silaturrahim 
3. " Silaturrahim " 

Difinisi selusai KLBI berarti 
1. ikat n 1 tali (benang, kain, dan sebagainya) untuk mengebat (menyatukan, memberkas, menggabungkan): -- barang itu sudah lepas; 2 bingkai (dari kayu, logam, dan sebagainya) yang dipakai untuk menguatkan (mencengkam, memegang, dan sebagainya);
2. sambung /sam·bung /v hubungkan; satukan: -- tali yang putus itu; tali silaturahmi menyambung tali persahabatan; - umur menyambung hidup;
3. tali1/ta·li/ n 1 barang yang berutas-utas panjang, dibuat dari bermacam-macam bahan (sabut kelapa, ijuk, plastik, dan sebagainya) ada yang dipintal ada yang tidak, gunanya untuk mengikat, mengebat, menghela, menarik, dan sebagainya; 2 ki hubungan: mempererat -- persaudaraan;-- busur tidak selamanya dapat diregang, pb orang tidak selamanya bekerja terus-menerus, tetapi mesti ada istirahatnya;

Dari Difinisi tersebut maksud kata " Silaturrahim" di Blogger ini dimaksudkan
  1. Sebagai Kata yang mengajak untuk Mempererat tali Persaudaraan dengan Mengetahui Nasab ( Silsilah ) yang akan menjadi Acuan jika masih mempunyai ikatan Darah Persaudaraan 
  2. Sebagai tali pengikat bahwa ada ikatan Darah yang masih merupakan satu Nasab agar terjalin Silaturrahim hanya dilandaskan Lillahi Ta'ala
  3. Mencari dan Mengetahui Saudara-saudara se Nasab yang terlupakan yang mungkin karena ketidaktahuan , karena adanya perbedaan status Sosial dan Status Pendidikan 
  4. Mengikat kembali Ikatan kekeluargaan yang pernah Putus karena Perbedaan pandangan , Perbedaan Pemikiran , Pilihan dan Perbedaan lainnya yang pernah membuat putusnya Tali Silaturrahim  

Al Faqir minta maaf yang sebesar-besarnya karena untuk tulisa pada blog lebih banyak berisi tulisan yang disadur dari Blog maupun tulisan di Internet lainnya ,

Wassalamu'alaikuw War. wab
Script

5 comments:

Terima Kasih Atas Komentar yang sekaligus sebagai Informasi dan Diskusi Kita , Bila Belum ada Jawaban Akan secepatnya ditindaklanjuti